Hidup adalah perjalanan. Ia seperti sebuah susunan cerita, kita adalah aktornya dan Allah Swt adalah sutradaranya. Di dalam scenario itu banyak adegan yang akan kita lakoni. Berbeda dengan sebuah syuting film biasanya, yang skenarionya bisa kita baca dan pelajari terlebih dahulu lalu kita perankan di depan kamera video. Tapi kali ini, di dalam setiap adegan kita dalam pentas kehidupan ini kita tidak tahu apa yang akan kita lakoni. Kita hanya mengikuti alur nalar pikiran dan insting nurani kita. Mengalir seperti air mencari tempat terendah, melanglang buana membahana dengan lusinan kerikil hingga guncangan hadapi berbagai jenis badai, irisan perasaan hingga senyuman demi senyuman juga airmata. Semua membaur menjadi satu kisah yang akhir episodenya ditentukan oleh kita, apakah ia menjadi indah atau menjadi pahit dan sia – sia.
Disini kita tidak sedang membaca sebuah teks skenario buta lalu memerankannya dengan ketaklitan. Disini isi skenarionya penuh dengan pilihan dan tidak dipaksakan, yang setiap pilihannya memiliki resikonya sendiri, karena sesungguhnya telah jelas jalan yang sesat dan jalan yang benar (Qs 2:256). Inilah sisi luar biasa Sang Rabbul Izzati yang Maha Pemurah dan Bijaksana. Ia memiliki scenario aslinya, namun Ia tetap mengizinkan kita menulis scenario kita sendiri, jika Ia ridho ia yang akan merubah beberapa scenario milikNya sesuai dengan perubahan yang kita inginkan pada diri kita sendiri (Qs 8:53).
Skenario kehidupan adalah sketsa nurani adalah misteri antara harapan dan keputusasaan adalah semangat dan keletihan adalah realita dan fatamorgana adalah logika dan wahyu adalah jiwa jiwa yang merana dan orang – orang yang terpilih karena mereka telah memilih dengan tepat alasan dan tujuan mereka memainkan sebuah lakon dalam sebuah kehidupan. Maka hari – hari kita adalah sekolah, ada begitu banyak literatur ilmu disana. Ilmu yang akan menuntun kita menuju jawaban akhir skenario kita. Ketika satu persatu alur scenario itu terbuka, terbaca dan kita melewatinya satu persatu, maka Sang Sutradara akan memanggil kita. Ia akan memberitahu kepada kita bagaimana kualitas akting dalam perjalanan kehidupan kita.
Pada saat itu kita tidak perlu repot – repot mencatat ulang semua adegan yang telah kita lakukan. Karena sudah ada yang mencatatnya di setiap subuh utusan itu menunggu kita berjamaah di masjid untuk mencatat semua laporan adegan kita untuk dibawa ke Sang Sutradara. Begitu juga di kala ashar utusan itu dengan professional menunggu kita berjamaah di masjid untuk mencatat semua hasil dan kualitas adegan yang telah kita lakoni untuk dilaporkan.Hingga akhirnya semua catatan itu terkumpulkan laksana skripsi diakhir perkuliahan. Sidang skripsi akan dituntun oleh para asisten sutradara, malaikat malaikat di misteri yaumil qiyamah, yaumil akhir yang penuh keadilan sesungguhnya. Tidak ada satupun adegan terlewati untuk ditanyakan mengapa, karena apa, kenapa, untuk apa dan lusinan pertanyaan lain mengenai penjelasan adegan adegan yang sudah kita lakukan? Sudah siapkah kita mempertanggungjawabkan semuanya?.
“Hai orang – orang yang beriman masuklah ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu mengikuti langkah – langkah syetan. Sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagimu” Al Baqoroh : 208
oleh : Thufail Al Ghifari