Bismillahirrahmaanirrahiim
Sadarkah Anda dengan kesempurnaan yang ada pada Islam? Dalam Islam, tidak menutup kemungkinan siapapun menjadi pemeluknya, dari golongan apapun, suku bangsa bahkan warna kulit sekalipun. Islam terbebas dari batas teritorial, bahasa, adat budaya, dan perbedaan-perbedaan kasat mata lainnya. Sayangnya, kebanyakan Muslim belum menyadari hal ini. Mereka cenderung membatasi diri pada “Islam yang ini- itu”, dan “Islam lain-lain”.
Adakalanya, seseorang menilai sesuatu bahkan menilai manusia lainnya dengan batas-batas fisik tertentu. Misalnya, orang yang mengaku berIslam tapi lebih mementingkan ka-sholeh-an dirinya pribadi daripada membantu menyelesaikan masalah saudaranya yang kebingungan karena ingin mempelajari Islam. Banyak kasus yang terjadi di lingkungan sekitar yang mengarah pada ke-Islam-an seseorang sehingga akhirnya membuat oranglain bertanya-tanya tentang ke-Islam-annya.
Cobalah lebih terbuka dan pahami makna dari hadits ini:
“Hadis riwayat Ibnu Umar ra.: Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Seorang muslim itu adalah saudara muslim lainnya, dia tidak boleh menzaliminya dan menghinakannya. Barang siapa yang membantu keperluan saudaranya, maka Allah akan memenuhi keperluannya. Barang siapa yang melapangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah akan melapangkan satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan hari kiamat nanti. Dan barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim [Bahasa Arab saja]: 4677”
Dalam hadits diatas dikatakan bahwa, “setiap muslim bersaudara” oleh karenanya apapun dan bagaimanapun batasan-batasan fisik dan non fisik dari seorang muslim hanya diikat dalam sebuah hubungan persaudaraan yaitu persaudaraan karena adanya kesamaan aqidah. Selain itu, hadits diatas juga menyatakan bahwa hendaknya sesama muslim saling membantu dan menutupi aib saudaranya satu sama lain.
Namun, kesalahan yang umum terjadi di masyarakat adalah kurangnya kesadaran muslim dalam memaknai hadits tersebut diatas. Makna kata “bersaudara” dalam berbahasa saat ini cenderung dipersempit menjadi “yang segolongan, sedarah, se-suku,dll”.
Dikarenakan kurangnya pemahaman atas hadits tersebut, sangat jarang sekali saya temukan muslim yang dengan ramahnya atau dengan tulusnya membantu muslim yang lain, jangankan membantu, tersenyum saja enggan dan tak jarang juga mereka berbantah-bantahan, membuka aib bahkan saling mencaci. Adakah seorang yang seperti ini benar-benar merupakan muslim sejati?
Jangan memancing oranglain untuk berpikir bahwa dirimu bukanlah muslim yang baik. Tunjukkan cara terbaikmu terhadap saudaramu, siapapun ia.
Ingatlah wahai yang mengaku muslim, Islam adalah Rahmat bagi semesta alam, bukan hanya rahmat bagi diri sendiri ataupun hanya bagi golongan.
No Nation, No Territory, No Racism, JUST ISLAM!
Hanya ingin mengingatkan, tanpa maksud apapun.