Kolom Artikel

Yeah..ahlan wa sahlan di kolom artikel.di sini kalian akan menikmati artikel artikel dari penulis penulis Berandalan Puritan seperti Herry Nurdi, Thufail Al Ghifari (Vokalis The Roots Of Madinah), Dan Yanuardi Syukur dari Komunitas Anti Zionis Internasional (KaZI) dan kru - kru berandalan puritan lainnya. Kalian juga bisa melibatkan diri dengan mengirimkan artikel artikel kalian ke redaksi kami via facebook Berita Hari Ini atau bergabung group facebook Berandalan Puritan. Artikel pilihan akan kami tampilkan di blog sederhana ini..yeah!

Lebih dari sekedar Ibu Rumah Tangga (Oleh : Tantang Mentari)





“Apa pekerjaan anda?” tanya seorang pegawai wanita bagian administrasi.

saya teringat cerita seorang ibu yang menceritakan betapa kesalnya ia, ketika ditanyai seperti ini, lalu ia menjawab pekerjaan saya seorang ibu rumah tangga. Dan pegawai itu mengatakan , Kami tidak menggolongkan ibu rumah tangga sebagai pekerjaan, itu termasuk dalam istri.

Jadi pekerjaan yang mereka maksud itu, harus seorang pegawai seperti mereka, eksekutif yang berpenampilan wanita karier, bersikap efisien, dan memiliki jabatan yang berwibawa. Selain itu bukan pekerjaan.

Ibu rumah tangga. Seorang Ummu warobbatul bait, pengurus rumah tangga, tidak termasuk didalamnya. Hanya karena tidak berpenampilan seperti itu. Definisi Ibu rumah tangga adalah sebuah aktivitas remeh untuk dimengerti oleh otak sederhana seperti mereka. Anggapan masyarakat yang seperti ini yang terkadang membuat perempuan sekarang “dipaksa” untuk memutar otak agar dapat bekerja meskipun ia harus meninggalkan anak dan suaminya, kewajiban utamanya.

Tidak. Saya tidak ingin membahas hukum bekerja bagi seorang wanita, terlebih ketika ia sudah menikah. Karena sampai kapanpun hukumnya jelas tidak berubah.

Berbeda dengan ibu yang kesal tadi. Ada seorang ibu yang ketika ditanyai tentang pekerjaannya dia menjawab, “ Saya adalah Research Associate di bidang Pengembangan Anak dan Hubungan Masyarakat.” Saya yakin, yang menanyai akan tertegun sejenak untuk menganalisa kira-kira itu pekerjaan seperti apa.

Pegawai itu tertegun sejenak, penanya membeku di angkasa, ia melihat ke atas seakan-akan ia belum memahami benar ucapan ibu itu. Diulanginya lagi jabatan yang tadi ia sebut dengan perlahan-lahan dengan menegaskan kata-kata yang dianggapnya penting. Dengan mata lebar ia menatap jabatan yang megah dan mulia tersebut ditulis oleh pegawai itu dengan tinta hitam tebal di atas formulir.

“Bolehkah saya bertanya, “ kata pegawai itu penasaran, “ apa yang kau lakukan dalam pekerjaanmu ini?”

Dengan tenang, tanpa rasa panik sedikitpun, ibu itu menjawab, “Saya terlibat dalam program penelitian yang berkesinambungan dalam Labolatorium dan di Lapangan (dalam keadaan normal akan kukatakan di dalam dan di luar rumah). Saya bekerja untuk majikanku (yakni Rabbku dan karenaNya saya penuh ketaatan pada suamiku) dan saya telah mendapat penghargaan karena 4 keberhasilanku (semuanya anak perempuan). Sudah barang tentu, pekerjaan ini sangat penting dan berat bagi kemanusiaan (adakah kaum ibu yang tidak setuju?). saya sering harus bekerja 14 jam sehari (lebih tepat 24 jam sehari). Pekerjaan ini penuh tantangan dibanding dengan kebanyakan karier yang ada. Dan keberhasilan pekerjaan ini tidak hanya membuat saya akan berbahagia jangka pendek tapi juga yang berjangka panjang (di dunia dan di akhirat maksudnya).

Sampai disini, nuansa penghormatan mulai terdengar dalam nada bicara pegawai itu ketika ia menyelesaikan isian dalam formulirnya. Ia kemudian berdiri dan mengantarkan ibu itu sampai ke pintu depan.

Sekedar ingin memberi pelajaran bagi orang-orang seperti ini. Saya rasa itu sudah cukup sebagai awal untuk mengalahkan BIROKRASI yang sering meremehkan pekerjaan Mulia ini,, yang dari pengasuhannya lah sebuah Peradaban akan tercipta. Dalam catatan pegawai itu ibu itu menjadi seorang terhormat dan sangat dibutuhkan bagi umat manusia, bukan hanya sekedar ibu rumah tangga.

Penghargaan terspesial untuk seluruh Kaum ibu karena keagungan perannya. Semoga Allah ampuni dan sayangi beliau.

(special teruntuk saudariku “ ummu pedang “ yang sedang menjalani episode ini)

(dikembangkan dari tulisan tak bertuan, “Not Just Another Just Mom”)

Coretan akhir, 22 Nov 2009