Kolom Artikel

Yeah..ahlan wa sahlan di kolom artikel.di sini kalian akan menikmati artikel artikel dari penulis penulis Berandalan Puritan seperti Herry Nurdi, Thufail Al Ghifari (Vokalis The Roots Of Madinah), Dan Yanuardi Syukur dari Komunitas Anti Zionis Internasional (KaZI) dan kru - kru berandalan puritan lainnya. Kalian juga bisa melibatkan diri dengan mengirimkan artikel artikel kalian ke redaksi kami via facebook Berita Hari Ini atau bergabung group facebook Berandalan Puritan. Artikel pilihan akan kami tampilkan di blog sederhana ini..yeah!

Amal Unggulan (Oleh : Herry Nurdi)





Saya baru-baru ini kehilangan, salah seorang ustadz yang bagi saya sudah menjadi guru yang mengajarkan banyak hal. Ustadz Abdul Wahid Kadungga, berpulang awal Muharam silam diusia 69 tahun. Komunikasi terakhir yang saya lakukan pada beliau ketika saya masih berada di tanah suci saat ibadah haji. Ustadz Kadungga mengirimi saya SMS dengan kalimat yang memberikan semangat, “Ananda Herry Nurdi, insya Allah cita-cita ananda meminang bidadari akan diijabah oleh Allah. Tetap teguhlah memegang syariat, belalah yang benar dan jangan nampakkan takut pada musuh-musuh Islam,” begitu petikan SMS yang saya terima.

Saya mengenang beliau sebagai seorang yang tabah dan juga sederhana. Seringkali saya menemui Ustadz Kadungga selalu dalam keadaan berpuasa. Kemana-mana tak pernah merepotkan orang lain. Dan selalu memberikan motivasi dakwah dan perjuangan Islam. Diakhir-akhir usianya, beliau tinggal di Dewan Dakwah Indonesia Islamiyah. Huru-hara terorisme pernah melampirkan fitnah kejam atas dirinya yang disebut-sebut sebagai promotor kekerasan gerakan radikal Islam.

Namanya pernah disebut sebagai penghubung gerakan jihad internasional. Bahkan dalam laporannya International Crisis Groups mengatakan, Ustadz Kadungga adalah sosok yang dengan mudah berhubungan dengan Usamah bin Ladin di pedalaman Afghanistan, lalu beberapa saat kemudian menelepon koleganya yang lain di Malaysia, Indonesia atau belahan penjuru dunia lainnya. “Saya adalah penghubung internasional untuk urusan umat Islam dalam arti yang positif,” ujarnya suatu kali.
Kenangan pada beliau mewariskan untuk saya sebuah ingatan tentang amal-amal unggulan yang terus istiqamah dilakukan. Puasa sunnah, mendirikan shalat malam, tahan atas godaan dunia, hidup sederhana, mandiri dan berani. Mudah-mudahan Allah memberikan kekuatan pada saya untuk meneladani.

Sosok lain yang mengajarkan kepada saya amal unggulan adalah Ustadz Maulana. Salah seorang sahabat yang berprofesi sebagai dai keliling. Setiap hari, Ustadz Maulana bisa ditemui di Masjid Shalahuddin, Jogjakarta. Sosok sederhana yang memiliki kegigihan luar biasa. Hampir semua masjid di Jogjakarta, pernah didatanginya, meski hanya untuk sekadar adzan. Hampir semua taklim dan halaqah pernah disambanginya untuk menjalin ukhuwah dan persahabat.

Tapi itu bukan pekerjaan utamanya. Tugas pokok yang setiap hari dilakukannya adalah mengajak manusia ke jalan Allah. Didatanginya dua sejoli yang asyik bermesraan di taman-taman, diingatkan dengan halus dan sopan, bahwa Allah melarang kita mendekati zina yang berakibat fatal. Didatanginya gerombolan pemuda yang sedang bermabuk-mabukkan, dengan sabar dan halus, dia meminta dan mengambil botol-botol minuman untuk dibuang. Diajaknya orang untuk menegakkan shalat, menutup aurat, dan meninggalkan maksiat.

Dan hal itu, dilakukannya tidak saja di Jogjakarta, tapi juga di Padang, terutama seusai peristiwa gempa besar. Ustadz Maulana memperkenalkan dakwah yang dilakukannya pada aktivis Islam di kota Padang. Pantai Padang menjadi salah satu target dakwah yang dilakukannya.

Ancol juga pernah menjadi lahan dakwahnya. Mobil goyang yang berserakan di garis pantai, didatanginya satu per satu. Diketuk kaca jendela, dan para penumpang yang bermaksiat ria diingatkan untuk kembali ke jalan yang benar. Ada yang lari lintang pukang, bahkan lupa memakai pakaian. Ada yang tersipu malu, ada yang menangis sadar. Itu adalah amal unggulan Ustadz Maulana yang bisa saya ceritakan. Mungkin potongan kisah ini terlalu sedikit dan sederhana, dan sama sekali tidak menggambarkan sosok Ustadz Maulana yang seutuhnya.

Ada lagi Ustadz Abdul Wahab, warga negara Malaysia yang tumbuh dan belajar di Muhammadiyah Jogjakarta. Sekembali dari masa pendidikannya, beliau langsung mendirikan Muhammadiyah Internasional yang bertugas memperkenalkan Islam khususnya pada kaum pedalaman.

Suku-suku yang berada di dalam hutan, di semua wilayah, Indonesia, Malaysia, Thailand, Laos, Vietnam, Campa, Cina dan sampai kedaratan yang jauh pernah didatanginya demi mengemban amanah dakwah. Ada kalanya bahkan beliau dianggap dewa oleh suku-suku yang didakwahinya, hanya karena mengajarkan pada mereka mandi dan berbusana. Padahal yang diajarkannya lebih dahsyat dari sekadar mandi dan busana. Yang dibawanya adalah iman dan pencerahan.

Dua kali sudah beliau mengalami serangan stroke. Terakhir bertemu, beliau sudah menggunakan tongkat dan selalu gemetar tangannya. Pada beliau saya pernah bertanya, kapan mau istirahat kiranya? “Nanti, kalau saya sudah mati. Dan tak perlu repot-repot kalau saya meninggal nanti. Dimanapun nyawa saya diambil oleh yang Maha Kuasa, kuburkan saja saya di sana dan biarkan alam yang akan menjadi saksi apa yang telah saya lakukan di dunia.”

Subhanallah, rasanya banyak yang bisa saya ceritakan tentang orang-orang “aneh” yang saya kenal dalam kehidupan. Saya menyebutnya aneh, karena memang belum tentu satu banding seribu jumlah mereka. Melakukan amal tanpa pamrih pada manusia. Dan amal-amal itu, kadarnya selalu memiliki kualitas unggulan. Apa amal unggulan saya, ya? Apa amal unggulan Anda? Apa amal unggulan kita semua?