Kolom Artikel

Yeah..ahlan wa sahlan di kolom artikel.di sini kalian akan menikmati artikel artikel dari penulis penulis Berandalan Puritan seperti Herry Nurdi, Thufail Al Ghifari (Vokalis The Roots Of Madinah), Dan Yanuardi Syukur dari Komunitas Anti Zionis Internasional (KaZI) dan kru - kru berandalan puritan lainnya. Kalian juga bisa melibatkan diri dengan mengirimkan artikel artikel kalian ke redaksi kami via facebook Berita Hari Ini atau bergabung group facebook Berandalan Puritan. Artikel pilihan akan kami tampilkan di blog sederhana ini..yeah!

Pertanyaan untuk Tuan Presiden (Oleh : Herry Nurdi)





Indonesia yang malang! Setiap orang berebut untuk mengambil keuntungan. Selagi sempat, selagi luang dan punya jabatan. Kalau dulu ada istilah Indonesia for Sale, lalu seiring waktu sebutan berubah, Indonesia for Steal dan saya percaya hari ini sudah berubah lagi menjadi Indonesia for Grab. Setelah Indonesia untuk dijual, lalu Indonesia untuk dicuri, kini Indonesia untuk dirampas, dibawa lari, dan menghilang.


Pertanyaan saya untuk Tuan Presiden, apakah Anda bisa tidur di malam hari? Memikirkan semua yang terjadi. Ada pegawai Anda, yang hanya golongan III, mampu mengumpulkan uang selama bertahun-tahun, berpuluh milyar jumlahnya, untuk memperkaya diri dan keluarga. Apakah Anda bisa tidur?

Itu hanya golongan III, Tuan Presiden. Saya tidak ingin berburuk sangka, karena memang sejak kecil kami diajari untuk berbaik sangka. Tapi, untuk kali ini saya terpaksa bertanya, apakah Anda bisa tidur Tuan Presiden, memikirkan golongan-golongan lain yang lebih tinggi dari golongan III. Apakah mereka lebih kaya dari Gayus Tambunan? Ataukah mereka lebih jujur dari Gayus Tambunan?

Sekali lagi, Tuan Presiden. Apakah Anda bisa tidur memikirkan siapa-siapa orang-orang yang mengeliling Anda, bekerja bersama Anda, dan membantu Anda? Kalau Anda bisa tidur, syukurlah. Karena seharusnya Anda tidak bisa tidur dengan itu semua!

Saya punya kisah untuk Anda, Tuan Presiden yang mulia. Dulu sekali, dalam sejarah ada seorang raja bernama Umar bin Abdul Aziz. Ini bukan hanya sekadar kisah, tapi ini contoh dan peristiwa yang pernah terjadi sesungguhnya. Dia, Umar bin Abdul Aziz, memerintah hanya sebentar saja. Pada saat diangkat sumpah, dia berjanji, ”Demi Allah aku akan menegakkan keadilan di bumi ini meski usia jabatanku hanya tiga hari saja.”

Dan betul, dia tidak lama, meski juga tidak tiga hari. Kurang lebih ia berkuasa hampir tiga tahun. Tapi yang pasti, dia sungguh-sungguh menegakkan keadilan. Saya ingin mengingatkan, Tuan Presiden, kini Anda sudah berkuasa untuk penggal lima tahun yang kedua.

Masa kepemimpinan yang diwarisinya, bukan situasi nyaman dan penuh suka cita. Dia mewarisi suasana yang tak kalah chaotic dengan situasi yang Anda alami saat ini, Tuan Presiden. Tapi dia bersungguh-sungguh dengan sumpah dan janji yang diucapkannya, ”Aku akan menegakkan keadilan di muka bumi, meski usia jabatanku hanya tiga hari.”

Dia meminta istrinya untuk menyerahkan seluruh harta pribadi yang dimiliki. Dia mematikan lampu pada saat berbincang dengan sanak keluarga, karena minyak yang dipakai milik negara. Dia memikul sendiri bantuan-bantuan yang diberikan, untuk teladan sempurna. Itu kisah yang sudah biasa kita dengar tentang Presiden Umar bin Abdul Aziz.

Yang tidak sering kita dengar, Tuan Presiden, Umar bin Abdul Aziz menebus janjinya sendiri dengan satu-satunya nyawa yang dia punya. Dia jarang tidur untuk memikirkan negara dan rakyatnya. Bahkan ketika dia sedang penat berat, dan hendak terlelap. Pernah suatu ketika, seorang anaknya mengadukan urusan negara pada Umar bin Abdul Aziz. Lalu kata sang presiden, ia meminta anaknya menemuinya lagi setelah ia istirahat sebentar. Lalu sang anak menjawab, ”Siapa yang menjaminmu akan bangun dan hidup untuk menyelesaikan masalah ini?!”

Anda tahu Tuan Presiden? Umar bin Abdul Aziz begitu terpukul dengan kalimat ini. Dia merasa, lalai dan tak tahu diri. Siapa dia yang merasa yakin akan bangun dan masih bernyawa!

Daerah kekuasaannya membentang luas, dari seluruh jazirah Arabia, Syam ( Palestina, Yordania, Syria ), Persia ( Iran, Irak dan sekitarnya ), Afrika Utara, seluruh semenanjung Iberia ( Spanyol dan Portugal) bahkan hingga ke Sisilia (kepulauan di Laut Tengah,sekarang milik Italia).

Kekuasaan Anda juga sangat luas, Tuan Presiden. Seluruh pulau di Indonesia, lebih dari 16 ribu jumlahnya. Membentang panjang dengan hampir 300 juta penduduknya. Jadi pertanyaan saya, apakah Anda masih bisa tidur Tuan Presiden?

Umar bin Abdul Aziz, duduk sebagai Amirul Mukminin hanya dalam kurun waktu 2 tahun, 5 bulan, dan 5 hari. Ia menjadi pemimpin pada saat usianya 36 tahun. Usia puncak bagi seorang manusia. Sehat, bertenaga, kuat, bersemangat.

Dalam kurun waktu 2 tahun, 5 bulan, dan 5 hari itu, dia berhasil membuat perubahan besar dalam tata pemerintahan. Tidak ada lagi kemiskinan, Tuan Presiden. Tidak ada lagi orang yang layak menerima zakat. Bahkan harta zakat bertumpuk menggunung, malah perlu diiklankan untuk siapa saja yang mau menerima, semisal seorang pemuda yang tak mampu menikah akan dinikahkan oleh negara.

Pada masa pemerintahannya, sumur-sumur diperbaiki, lahan-lahan mati dihidupkan kembali, tanah sangat produktif, masjid-masjid juga disemarakkan oleh berbagai rencana dan rancangan kehidupan.

Saya juga yakin, Tuan Presiden, Anda melakukannya juga. Saya yakin, tentang jenisnya, tapi saya tidak yakin tentang ukuran dan intensitasnya. Karena itu, pertanyaan saya adalah, masih bisakah Anda tidur, Tuan Presiden?

Umar bin Abdul Aziz, meninggal dalam usia muda, Tuan Presiden. Di akhir usianya, dia sakit-sakitan. Badannya dulu yang muda dan gagah ketika naik tahta, menjadi kurus, kering dan hampir tak bertenaga. Dan itulah yang dia tebus dalam rangka menegakkan keadilan, mensejahterahkan rakyat, memakmurkan negeri dan memuliakan kemanusiaan.

Banyak orang yang lupa mengkajinya, Tuan Presiden. Bahwa Umar bin Abdul Aziz menderita kesakitan yang luar biasa hebat sebagai tebusan kemakmuran dan kemuliaan atas tanah dan manusia yang dipimpinnya. Dia telah memberikan seluruh nyawanya untuk memimpin negara. Dia memberikan seluruh raganya untuk memimpin negara. Dia memberikan seluruh tenaganya untuk memimpin negara. Dia memberikan seluruh kemampuannya untuk memimpin negara. Bahkan dia telah menukar waktunya untuk istirahat demi memimpin negara. Karena itu semua, namanya masih kita bicarakan ratusan tahun setelah dia dikuburkan. Terima kasih, Tuan Presiden, mudah-mudahan Anda membaca tulisan pendek ini sebagai tanda rindu pada pemimpin yang tidak dikelilingi Gayus-gayus dengan beribu wajah!