Kolom Artikel

Yeah..ahlan wa sahlan di kolom artikel.di sini kalian akan menikmati artikel artikel dari penulis penulis Berandalan Puritan seperti Herry Nurdi, Thufail Al Ghifari (Vokalis The Roots Of Madinah), Dan Yanuardi Syukur dari Komunitas Anti Zionis Internasional (KaZI) dan kru - kru berandalan puritan lainnya. Kalian juga bisa melibatkan diri dengan mengirimkan artikel artikel kalian ke redaksi kami via facebook Berita Hari Ini atau bergabung group facebook Berandalan Puritan. Artikel pilihan akan kami tampilkan di blog sederhana ini..yeah!

Keberpihakan Seorang Pemimpin (Oleh : Herry Nurdi)





Pernah suatu ketika, dalam sebuah perjalanan, Rasulullah memisahkan diri dari rombongan untuk menunaikan satu keperluan. Ketika ditinggal itulah, salah seorang sahabat melihat seekor burung kecil dengan dua ekor anaknya yang berada di sarang. Kemudian dia mengambil kedua anak burung tersebut. Sampai-sampai sang induk kebingungan mencari dan terbang berputar-putar di atas sarang.

Ketika Rasulullah datang, beliau melihat burung tersebut dan berkata, ”Siapa yang telah mengganggu burung ini dan mengambil anaknya? Kembalikan anaknya!” Rasulullah memerintahkan dengan tegas, siapapun yang mengambil untuk segera mengambalikan.

Lihat, betapa detilnya pandangan Rasulullah. Selalu jeli melihat sekelilingnya, dan bahkan menangkap pesan yang sangat sulit untuk diterjemahkan manusia. Perhatian beliau, bukan saja pada manusia dan kehidupan sosial umat Islam, sampai-sampai kebingungan seekor burung pun tertangkap oleh radar Rasulullah yang memang sangat terasah dan tajam.

Ketika di saat yang lain, Rasulullah dengan nada marah bertanya pada sahabat saat mendapat sarang semut yang dibakar. ”Siapa yang membakar sarang semut ini?”

Salah seorang sahabat berdiri dan mengakui, ”Saya, ya Rasulullah.

Rasulullah menunjukan perasaan marah yang besar dan sangat tidak senang. ”Tidak ada yang berhak menyiksa makhluk dengan api selain Penguasa api,” kata Rasulullah dengan nada marah.

Nabi akhir zaman, manusia mulia pilihan memberikan sikap pembelaan pada semut. Beliau marah ketika sarang semut yang menjadi rumah dan tempat bernaung, tempat berhimpun koloni-koloni binatang yang sering dianggap remeh dibakar. Bahkan kata-kata yang dipilih beliau sangat tajam, ”Tidak ada yang berhak menyiksa makhluk dengan api kecuali Penguasa api.” Yang dimaksud Penguasa api tentu saja Allah SWT.

Jika semut saja mendapatkan pembelaan demikian rupa, pasti juga sikap dan pembelaan kepada orang lemah, kepada mereka yang dipinggirkan, kepada mereka yang tak dianggap dan diremehkan juga sangat besar. Rasulullah mendapatkan julukan nabinya orang-orang lemah, karena pembelaan yang beliau berikan kepada kaum yang tak terbela. Dan kaum yang tak terbela, tentu merasa sangat mulia ketika yang membela mereka adalah manusia yang paling mulia. Allahu akbar!

Keadilan ditegakkan, sikap membela yang lemah dan terpinggirkan selalu dikedepankan, dan peka terhadap semua penindasan. Kerinduan pada pemimpin seperti ini nyaris dimiliki oleh seluruh manusia di zaman sekarang. Mereka rindu pada pemimpin yang tak perlu dikawal dan mudah didatangi. Mereka berharap betul pada pemimpin yang membuka tangan dan bukan pemimpin yang main tangan. Andai saja ada pemimpin yang sejenak mau merasakan, betapa tak nyamannya macet di jalanan. Tak perlu mobil bersirene yang menghentikan jalan, agar sang pemimpin bisa mengebut dengan alasan menunaikan urusan kenegaraan. Andai saja pemimpin itu tahu, ada banyak orang yang berdoa ketika mobil dan lalu lintas terhenti karena seorang pemimpin akan melintas tanpa pernah tahu kondisi yang dilalui. Dan semoga saja doa mereka baik semua. Tapi bagaimana jika sebaliknya?

Masih berkait dengan binatang, dalam tulisan ini saya mengumpulkan beberapa contoh dan perilaku Rasulullah yang begitu peka terhadap binatang, yang justru sering tak dimiliki oleh manusia zaman sekarang. Manusia saja sering dianggap binatang, apatah lagi yang binatang sungguhan!

Suatu hari, beliau melihat dua orang laki-laki sedang bercengkerama dari atas punggung unta yang dinaiki keduanya. Rasulullah saw menaruh rasa iba pada unta-unta tunggangan mereka. Kemudian beliau melarang dan berkata, ”Janganlah kalian jadikan kursi hewan tunggangan kalian.” Artinya, hewan tunggangan haruslah digunakan sesuai keperluan, bukan untuk yang demikian. Jika hajat yang memerlukan bantuan seekor binatang sudah tertunaikan dan tidak lagi dibutuhkan, maka kita sebaiknya turun dari punggung hewan tunggangan.

Tentu saja perasaan peka tak datang dengan sendirinya. Perasaan itu perlu diasah. Dan pasti, pembelaan terhadap yang lemah tak dengan tiba-tiba terjadi pada diri seorang pemimpin. Sikap itu perlu ditempa. Apatah lagi, sikap membela yang lemah selalu melahirkan risiko yang tak pernah ringan bobotnya.

Kepekaan, akan mengantarkan kita pada keberpihakan, dan keberpihakan selalu melahirkan sikap pembelaan, meski dengan cara yang paling ringan. Saya selalu berdoa agar mendapat dan dipimpin oleh para pemimpin yang peka jiwanya, halus budi pekertinya, pandai pemikirannya, bijak sikapnya dan juga mampu menjaga lidah. Saya juga selalu berdoa, agar Allah senantiasa mengaruniakan pemimpin yang berpihak pada yang lemah, bukan sebaliknya. Dan saya selalu berdoa, agar para pemimpin selalu diberi hidayah agar mampu memberikan pembelaan yang sempurna pada semua hal yang memang perlu dibela.

Semoga Allah melindungi kita dari para pemimpin yang jahil, apalagi mampu mendatangkan mudharat bagi yang dipimpin. Semoga Allah menjauhkan kita dari pemimpin, yang lidah dan pemikirannya menyeret orang-orang yang dipimpin pada lubang-lubang pembawa binasa. Dan semoga bangsa ini, mampu belajar untuk memilih pemimpin, untuk kemudian berusaha melahirkan para pemimpin, membesarkan para pemimpin dan mendidik para pemimpin yang mengajak kita pada hidup mulia. Amin.