Kolom Artikel

Yeah..ahlan wa sahlan di kolom artikel.di sini kalian akan menikmati artikel artikel dari penulis penulis Berandalan Puritan seperti Herry Nurdi, Thufail Al Ghifari (Vokalis The Roots Of Madinah), Dan Yanuardi Syukur dari Komunitas Anti Zionis Internasional (KaZI) dan kru - kru berandalan puritan lainnya. Kalian juga bisa melibatkan diri dengan mengirimkan artikel artikel kalian ke redaksi kami via facebook Berita Hari Ini atau bergabung group facebook Berandalan Puritan. Artikel pilihan akan kami tampilkan di blog sederhana ini..yeah!

Ini tentang hidup Anda, dan saya (Oleh : Arytha Itte)





Bismilahirrahmaanirrahiim

Tulisan ini tentunya saya awali dengan mengucap nama Allah swt, Sang Pemilik jagad raya beserta isinya, sebagai bentuk syukur atas apa yang akan saya tulis berikut. Saya tidak mencoba menggurui ataupun memberi nasihat kepada tema-teman penikmat BP (berandalan Puritan), hanya sekedar share atas apa yang saya kumpulkan di otak yang lumayan sempit ini.

Beberapa orang yang saya temui dan akhirnya berbincang sejenak diantara padatnya aktivitas yang mereka geluti, berkata:

“hidup bagi gue adalah hal yang biasa, bergumul dengan kerjaan kantor yang ga ada habisnya, rutinitas yang memuakkan, pulang kantor, kumpul sama keluarga, istirahat sebentar, besoknya cabut gawe lagi. Kayanya waktu gue abis tanpa gue sadari..bla..bla..bla” dan beberapa keluhan lainnya.

Atau kasus lainnya yang diceritakan seorang teman dekat kepada saya tentang seorang bos yang mengatakan pada staffnya…

“kalau kata pegawai, enak jadi bos, gak perlu kerja, yang kerja anak buahnya. Padahal lebih enak jadi anak buah, gak tahu gimana rasanya repot menyiapkan gaji untuk mereka“

Apakah betul hidup se-sederhana itu? Untuk beberapa orang, bersyukur atas apa yang diterimanya adalah hal yang sulit, sama sulitnya ketika ia diminta untuk mendeskripsikan makna hidup yang telah dilaluinya.

Hidup memang berbeda-beda berdasarkan siapa dan bagaimana menjalani hidup, yang jika ditilik lebih dalam, memang sudah menjadi karakter alami bahwa manusia adalah makhluk yang tidak pernah merasa puas dan jarang bersyukur terhadap nikmat yang telah Allah swt berikan. Maka sebenarnya Allah swt selalu menegur dengan menyerukan kepadamu “Fabiayyi ‘alaa-I Rabbikuma Tukadzdziban?” Maka nikmat yang mana lagikah dari Tuhanmu yang kau dustakan?

Sadarkah kita akan seruan itu atau purapura tuli untuk mendengarnya? Akankah kita tetap mempersalahkan nikmat-nikmat yang telah Allah swt berikan melalui berbagai cara yang bahkan kita sendiri tidak menyadarinya? Tidak mensyukuri nikmat berupa padatnya aktivitas kerja, disaat jutaan manusia lainnya menangisi nasib mereka yang tak kunjung bekerja, tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarga, atau sekedar meng-iya-kan tangis sang anak yang minta diberikan seribu duaribu uang saku. Akahkah kita seperti itu? Masih enggankah kita menghentikan gerutu tentang kebosanan pada hidup sedangkan banyak orang yang rela mati-matian membanting tulang dan melawan kebosanan mereka justru untuk hidup!

Tidak sedikit dari manusia yang sibuk tapi tetap menikmati kesibukannya karena menemukan kenyamanan dari apa-apa yang mereka kerjakan, tapi tidak banyak dari manusia-manusia tersebut yang terlalu asyiknya menikmati hidup, sampai lupa dengan bersyukur. Hidup tidak hanya dijalani dengan kenikmatan, karena kenikmatan sejati akan muncul dari rasa syukur yang penuh dengan kesadaran.

Terlalu banyak waktu yang manusia miliki hanya diisi dengan persiapan, rutinitas, atau mengingat-ingat apa yang pernah mereka kerjakan, tapi hanya orang-orang jenius yang sadar akan keberadaannya dan Allah swt sebagai Rabb-nya yang berhasil menjalani rangkaian kehidupan dengan bersyukur dan menjadi manusia-manusia unggul .

It’s about your life, dude! It’s not about how you understand the role of life , but it’s more to how you meaning and enjoying it with syukr, cuz the results you achieve will be in direct proportion to the effort you apply.

La In Syakartum La Adzii Dannakum Walaa In Kafartum Inna Adzaab Lasyadiid…